Semeru Ocean - Para pelakon kopi pasti kenal dengan sosok Howard Schultz. Dia adalah seorang CEO yang kini kembali memegang tampuk pucuk tertinggi salah satu merek kerajaan coffee shop terkenal di dunia, Starbucks.
Dalam tulisan kali ini, kita akan belajar bagaimana Howard Schultz membangun kerajaan kopinya di planet ini. Dengan harapan kita bisa memetik kisah inspiratif darinya.
Howard Schultz lahir di Brooklyn, New York pada tahun 1953. Schultz dibesarkan oleh kedua orangtuanya yang bekerja sebagai buruh. Keluarga Howard Schultz hidup serba kekurangan, bahkan ayahnya tak bisa pergi ke dokter untuk berobat ketika pergelangan kakiknya patah.
Jauh sebelum kaya raya, Howard Schultz pernah menjadi seorang sales di Xerox. Itu adalah pekerjaan keduanya setelah sebelumnya pernah bekerja jadi operator ski di Michigan usai lulus kuliah.
Semua berubah saat dia memiliki karir cemerlang. Dia menjelma menjadi seorang kaya raya. Forbes bahkan mencatat kekayaan Howard Schultz saat ini mencapai USD5,7 miliar atau setara 82 triliun. Lalu apa yang dilakukan Schultz sampai benar-benar menjadi sukses dan menjadi legenda kopi di dunia?
Rajin Bangun Koneksi
Usai lulus kuliah, Howard Schultz bekerja sebagai sales di Xerox Corporation. Lalu pada 1979 dia bekerja dalam bidang manajemen, di sebuah perusahaan manufaktur, produsen kopi asal Swedia bernama Hammarplast.
Dari sini, dia mulai sering bepergian ke banyak tempat. Kebetulan ketika itu dia dipercaya bertanggung jawab sebagai bagian operasional perusahaan. Momen itu dimanfaatkan Schultz untuk sering bepergian mengunjungi pemasok, vendor, dan banyak kliennya.
Salah satu klien mereka adalah Starbucks yang ketika itu hanya memiliki empat lokasi. Kata Schultz, ada banyak pelajaran yang diperoleh saat membangun koneksi ke manapun dia pergi. Sebab katanya, Anda tak pernah tahu kapan peluang akan muncul. Dan ketika koneksi baru dibuka, maka akan ada pintu peluang baru ikut terbuka.
Dan benar saja, dari pengalaman pribadinya, beberapa klien terbesar dia berasal dari koneksi yang pertama kali dia temui. Kesan baik yang ditinggalkan, lalu berbuah menguntungkan di beberapa waktu ke depan.
Di Hammerplast pula, Schultz mulai sadar bahwa Starbucks selalu membeli mesin pembuat espresso dari kantornya. Untuk diketahui, Starbucks didirikan pada tahun 1971, yang ketika itu menjual minuman hangat seperti kopi, teh, bumbu, hingga aksesori kopi. Schultz ketika itu sempat bertemu dengan founder Starbucks, dan dia langsung terpikat oleh semangatnya.
Howard Schultz Mulai Direkrut
Setahun kemudian, Schultz direkrut menjadi seorang manajer retail operations and marketing. Di tahun 1983 saat dalam perjalanan untuk belanja kopi di Milan, Italia, Schultz mendapat pencerahan di salah satu kedai kopi yang dia kunjungi.
Dalam perjalanan itu, Schultz terpikat budaya espresso. Dalam bukunya 'Pour Your Heart Into It' disebutkan dia ingin Starbucks menjalankan konsep kafe pilot yang sukses. Rencana itu lalu disampaikan, tetapi founder masih ragu tentang itu. Apalagi budaya ngopi masih belum populer di Amerika. Dengan alasan biaya mesin dan ketidaktahuan tentang pasar serta budaya kafe, ide batal dieksekusi.
Beberapa waktu kemudian, Schultz yang teguh menggambarkan idenya berhasil membujuk founder. Sampai akhirnya ide Schultz diterima dan mereka membuat sebuah kopi bar di Seattle. Mulai saat itu, lahir beragam variasi menu, menawarkan berbagai macam kopi seduh mulai dari espresso, capucino, latte, es kopi hingga moka. Dia juga bekerja keras menciptakan suasana nyaman untuk seluruh pengunjungnya.
Sama seperti Starbucks, Schultz juga terus berkembang. Schultz bersikeras memeperlakukan karyawannya dengan penuh rasa hormat, dan menerima keuntungan yang sesuai. Hal tersebut dikarenakan dia ingat masa kecilnya yang selalu kekurangan, tidak memiliki asuransi. Dia tidak ingin ada karyawannya yang mengalami nasib yang sama dengannya dahulu.
Goyah dan Bangkit
Ketika kedai kopi raksasa tersebut mulai goyah pada tahun 2008, Schultz kembali memimpin. Lalu pada tahun 2008, Schultz menutup sementara 7.000 kedainya untuk beberapa jam pada Februari 2008 untuk meningkatkan kemampuan dasar pengolahan kopi seluruh karyawannya. Perusahaan perlu merubah cara berfungsi hingga cara mereka mengukus susu.
“Anda tidak akan mengukus ulang susu ketika Anda sedang membuat espresso yang special,” kata Schultz.
“Kami melakukan hal tersebut untuk mendapatkan hasil yang baik dan untung yang berlipat. Namun saya merasa hal tersebut tidak konsisten dengan komitmen di mana kita akan selalu membuat kopi yang sempurna untuk semua pelanggan.”
BACA JUGA: Ngeri, Begini Kebiasaan Ekstrem Elon Musk saat Minum Kopi
Perubahan ini mungkin tidak disadari oleh para pelanggan, namun Howard Schultz selalu menekankan para karyawannya untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik untuk para karyawannya. Sejak 2008, perusahaan rersebut telah berubah menjadi lebih baik. Sekarang, berkat kegigihannya Starbucks menjadi kedai kopi terbesar di dunia dengan jumlah 20.891 cabang di 62 negara.
Share