Semeru Ocean - Sebetulnya bagaimana sih juri manual brew menilai para peserta layak jadi juara? Mungkin itu jadi salah satu pertanyaan yang ada di benak Anda ketika berada di sebuah kompetisi.
Apalagi Anda tergolong awam dengan kompetisi dan serba-serbi tentang manual brew yang biasanya melibatkan banyak barista dan home brewer. Nah dalam tulisan kali ini, Semeru Ocean akan menjabarkannya secara detail seperti apa sih sebenarnya seorang juri manual brew menilai para peserta.
Adapun penjelasan disampaikan langsung oleh juri manual brew Bekasi Coffee Week 2022 Billy Bramandhika, lengkap dengan mekanisme throwdown yang mulai banyak diaplikasikan pada kompetisi-kompetisi dewasa ini.
Baca Juga: Tren Latte Art di Indonesia Makin Edan, Irma Roseta: Berkembangnya Cepat Banget
Menurut Billy Bramandhika, manual brew adalah salah satu cara menyajikan kopi yang diseduh dengan cara manual, tanpa menggunakan mesin espresso dan sebagainya. Sementara throwdown adalah sistem lomba dengan sistem gugur.
Mekanisme throwdown
Umumnya, tiga peserta langsung maju secara bersamaan untuk bertanding ke area panggung yang sudah disiapkan untuk bertanding. Peserta diberi waktu persiapan lalu dilanjutkan dengan waktu menyeduh kopi selama pertandingan berlangsung.
Hasil kopi yang diseduh oleh para peserta ini akan dinilai oleh para juri dengan cara blind tasting, artinya juri tidak melihat proses menyeduh yang terjadi di panggung, sehingga tidak tahu peserta mana yang menyeduh kopi yang akan dinilai, agar juri dapat menilai kopi secara objektif.
Baca Juga: Anak Cilincing Bikin Gempar BCW 2022: Perdana Ikut Lomba Langsung Juara
"Setelah para juri mencicipi tiga kopi tersebut, juri akan menunjuk kopi mana yang menurutnya paling baik," katanya, Minggu 6 Maret 2022.
Nantinya, kopi yang paling banyak ditunjuk oleh para juri akan lanjut ke babak selanjutnya. Begitu seterusnya sampai babak final. Adapun juri tidak pakai kertas penilaian (scoresheet). Tapi langsung tunjuk bersama dengan sendok tes.
Juri manual brew subjektif?
Billy Bramandhika si juara Indonesia Aeropress Championship 2019 ini kemudian merinci bagaimana masing-masing juri melakukan penilaian terhadap para peserta untuk meloloskannya. Menurut dia, prosesnya sebenarnya tidak subjektif, karena tinggal disesuaikan dengan kalibrasi awal. "Kalau untuk penjurian kalibrasi dulu kan dari kopi yang dipakai, yakni dengan cara di cupping," kata Billy.
Baca Juga: Bedah Mesin Roasting Kopi Maestro: Produk Lokal Rasa Internasional
Coffee cupping sendiri adalah observasi rasa sebelum kopi itu tiba dalam cangkir. Cupping atau sering disebut juga dengan coffee tasting bisa dikatakan, prosesnya terjadi di dua tempat, yaitu di mulut dan di hidung.
Bagian pertama dari proses pencicipan (cupping) adalah di dalam lidah, di sini akan mudah merasakan karakteristik-karakteristik dasar dari kopi seperti acidity (karakter asam), sweetness (karakter manis), bitterness (karakter pahit), saltiness (karakter asin—jika ada), dan savories atau rasa intinya.
Proses standar dari coffee cupping dimulai dengan mengendusnya dalam, lalu menyeruputnya dengan kuat sehingga kopi yang disesap itu bisa terlempar ke seluruh langit-langit mulut.
Baca Juga: Menuju Petani Kopi Sejahtera di Mata Imas Suryati
"Nah juri nantinya tinggal melihat, dari tiga kopi peserta (throwdown) mana yang sesuai. Dan kalau juri menemukan dua cup yang sulit dan sama, kita tinggal patokannya kembali ke kalibrasi," kata Billy lagi.
"Kalau untuk penilaian kebanyakan untuk disini kita preferensinya ke base cup di table juri. Base cup itu ya entah aftertaste, intensitas, atau flavour, dan akan terlihat dari ketiga cup itu mana yang terbaik," jelasnya panjang.
Pada kompetisi, tantangan yang harus dilalui para peserta adalah mereka harus pintar-pintar menyesuaikan baik kopi yang digunakan, alat seduh, dan teknik yang dipakai.
"Teknik manual brew macam-macam, ada Hario v60, Kono, Aeropress juga, banyak teknik, banyak alat, tentunya setiap alat itu enggak cuma satu teknik, bisa jadi dua atau tiga bahkan. Dan tiap barista punya cara dan dan teknik masing-masing," katanya.
Apresiasi perkembangan
Pada kesempatan ini, Billy Bramandhika yang turut jadi juri manual brew di BCW 2022 kemudian menyinggung bagaimana dewasa ini para peminat kompetisi semakin banyak. Walau mungkin dalam kondisi kurang kondusif karena pandemi, tetapi Billy melihat bahwa regenerasi ke depan bakal memiliki potensi yang bagus.
Baca Juga: Tetirah Supplies Ramaikan Bekasi Coffee Week 2022, Tawarkan Promo Menarik
Event BCW 2022 contohnya, di mana peserta kopi manual dapat tembus hingga 108 orang yang dibagi dalam waktu tiga hari kompetisi. Billy melihat perkembangan skill para barista di Tanah Air juga makin mumpuni berkat makin majunya teknologi, dan kerajinan mereka mengasah skill.
"Kebanyakan mereka bia menyesuaikan dengan variabel-variabel yang random, bisa mengakali cara-cara tertentu untuk menghasilkan kopi yang mereka dapatkan. Tantangannya lumayan susah sebetulnya susah, tetapi banyak peserta yang bagus-bagus," katanya.
Billy pun berharap agar ke depan industri kopi di Tanah Air lebih berkembang, dan para barista dapat terus mengupgrade pengetahuan. Pengalaman, katanya, bisa makin diasah lewat kompetisi-kompetisi yang banyak di gelar di regional maupun nasional.
Share