Semeru Ocean - Klasik Beans dikenal sebagai koperasi petani kopi di Indonesia. Koperasi ini bukan hanya ada di Jawa Barat, tetapi juga Bali, Sulawesi, hingga Flores. Mereka menaungi 2.500 petani kopi yang ada di Indonesia. Menariknya, lewat mereka pula biji-biji kopi pilihan Indonesia bisa melanglang buana diekspor sampai negeri Paman Sam, Amerika Serikat dan Eropa.
Bagi yang belum tahu, koperasi Klasik Beans pertama kali berdiri pada 2008. Didirikan oleh Eko Purnomowidi bersama delapan orang temannya. Awalnya Klasik Beans dibentuk untuk mengadvokasi para petani kopi, mulai dari penanaman, reboisasi, dan edukasi budi daya kopi.
Klasik Beans juga lahir dari kegelisahan para petani kopi di Gunung Malabar yang ketika itu membeli bibit kopi dengan harga mahal. Dari sana Eko bersama teman-temannya tergerak mengajarkan para petani menanam dan mengolah kopi dengan baik, supaya lahir kopi berkualitas yang bisa meningkatkan taraf hidup mereka.
Baca Juga: Menuju Petani Kopi Sejahtera di Mata Imas Suryati
Eko sendiri punya basis mendalam tentang kopi, dia pernah kerja di sebuah perusahaan kopi di Lintong, Sumatera, sejak tahun 2000. Lewat ilmunya itulah dia dan teman-temannya mengajarkan banyak sekali kelompok petani kopi tradisional untuk menerapkan cara-cara bertani modern.
Apa yang dilakukan Eko Purnomowidi bersambut. Pemerintah ternyata juga gencar galakkan petani agar menanam kopi di dataran tinggi. Ketika itu banyak petani yang menanam sayur di dataran tinggi. Klasik Beans seirama dengan gerakan pemerintah, mengingat dataran tinggi bakal mudah longsor kalau ditanami sayur mayur.
Tembus pasar Amerika
Tak butuh waktu lama bagi Eko menghimpun kekuatan. Cuma butuh waktu setahun, Klasik Beans sudah punya ribuan petani yang gabung dengan koperasi mereka. Dari sana, kehidupan petani mulai meningkat.
Baca Juga: Memahami Karakter Kopi Toraja: Pantas Tak Bikin Mual Ketika Diminum
Menurut pengurus Klasik Beans Imas Suryati dalam wawancaranya baru-baru ini dengan Semeru Ocean, produksi kopi yang banyak itulah membuat Klasik Beans berani melakukan ekspor pertama kali di 2009. Ditambah mereka punya jejaring dan pertemanan kuat antar sesama para pelakon kopi di luar negeri.
"Klasik Beans mulai ekspor kopi dari Jawa Barat itu di 2009. Karena kebetulan kami sudah punya banyak teman-teman dari luar. Memang sejak awal kita sudah membuat brand image yang baik, bahwa ketika orang-orang Indonesia kirim kopi, itu kualitasnya bagus. Dan itu kita tanamkan sejak awal," tutur Imas.
Petani disebutkan kini sudah paham betul dibutuhkan kopi kualitas baik agar mudah diterima pasar. Caranya, lewat penanganan kopi yang baik mulai dari tanam, sampai paska panen. Besarnya peluang kopi dewasa ini juga membuat Klasik Beans turut menaungi sekaligus jadi mitra beberapa kelompok petani yang menanam berbagai specialty coffee dari Jawa Barat, salah satunya yang sedang naik daun di kancah perkopian internasional adalah kopi Gunung Puntang.
Baca Juga: Berapa Gaji Barista di Indonesia, Siap-siap Kaget Dengar Angkanya
Dan pada 2014, mereka lalu mulai menggenjot pasokan untuk kebutuhan pasar lokal di Tanah Air. Imas bilang, dalam setahun koperasi Klasik Beans bisa menghasilkan biji kopi hingga 190 ton. Di mana 60 persen atau 114 tonnya diekspor ke berbagai negara, baik Amerika hingga Eropa. Warga Amerika sendiri, sangat antusias dengan kopi Indonesia.
"Ekpor utama kita itu di Amerika Serikat, lalu Australia. Dan sekarang sudah kita juga tembus Eropa, seperti Prancis," katanya lagi.
Untuk mengekspor kopi berkualitas, Klasik Beans sudah melengkapi diri dengan beragam sertifikasi, mulai dari organik sampai sertifikasi fair trade. Dengan sertifikasi itu pula, mereka menjadi semakin dipercaya karena dianggap aman untuk dikonsumsi masyarakat di luar negeri.
Baca Juga: Begini 7 Karakter Kopi Khas Indonesia dari Masing-masing Wilayah
Soal jenis apa yang paling diminati, lanjut Imas, sebenarnya tergantung produksi kopi yang dimiliki Indonesia. Biasanya mereka mengirimkan sampel terlebih dahulu ke para calon buyer-buyer-nya. Setelah di-approved, maka kopi-kopi itu langsung dikirim.
"Kopi untuk ekspor enggak pernah mereka nentuin seperti apa. Kami yang kirim sampel, kalau disetujui baru kami kirim. Dan kopi yang dikirim dalam sampel adalah kopi yang benar-benar dikirim ke mereka. Jadi jangan sampai kita bikin sampel dulu, kopi belum ada, ketika disetujui dan mereka pesan ke kita, baru kita bikin. Itu pasti hasilnya beda dan akan bikin mereka kecewa," kata Imas.
Rangkul petani dengan pendampingan
Klasik Beans selaku koperasi juga tak diam berpangku tangan. Mereka gencar memberikan edukasi dan pendampingan pada ribuan petaninya. Beragam materi juga selalu disampaikan, mulai dari masalah di kebun, hama, penyakit, risiko gagal panen, bagaimana menyiasati stok kopi yang sedikit, bunga gagal menjadi buah, curah hujan tinggi, sampai siklus empat sampai lima tahunan yang tak bisa dihindari.
Baca Juga: Apa Sih Kopi Wine dan Kenapa Harganya Mahal
Walau produktivitas diperlukan, Imas lewat Klasik Beans-nya pun mengingatkan agar para petani tetap tidak melupakan kualitas. Hal ini juga termasuk agar para petani memperhatikan gaya hidupnya, lingkungannya, dan lain sebagainya.
Di kesempatan itu, Imas meminta agar para petani kopi tetap menjaga kelestarian hutan, tanaman, hewan, air, agar tidak diracuni dengan kimiawi yang berujung pada perusakan. Dia juga meminta agar penguatan produktivitas tidak dilakukan dengan penebangan hutan atau deforestasi.
Share