Semeru Ocean - Produksi kopi dunia saat ini ternyata tengah berada di bawah ancaman serius. Ini karena kebun kopi dan ekosistem perkopian di dunia yang sedang tak baik-baik saja.
Pernyataan ini meluncur deras dari opini penulis Daily Coffee News, Sam Knowlton, yang menyebut, kopi dan kebun-nya di dunia saat ini punya potensi besar membuat kekeringan jutaan gelas para pencinta kafein.
Lantas, apa maksud dari senjakala kopi dan kebun-nya atau kiamat kopi ini, seperti yang disampaikan oleh Knowlton.
Senjakala Kopi
Faktor pertama senjakala kopi dimulai dari kasus ini. Dalam catatannya, pohon kopi saat ini sudah menutupi 11 juta hektare lahan di seluruh daerah tropis. Di mana petani memanen ceri kopi yang matang dengan tangan, dan memprosesnya dengan cermat hingga bijinya siap untuk dipanggang.
Baca Juga: Petani Kopi Aceh Kena Prank Komoditas Global?
Cara ini setidaknya bukan cuma dilakukan di sejumlah pertanian besar seperti di Brasil, karena banyak sekali petani yang mengelola lahan dan kebun kopi di dunia mengerjakannya dengan tangan mereka. Mulai dari menanam hingga memetik.
Akan tetapi, kerja keras petani kopi disebut tak sebanding dengan apa yang dilakukannya. Lantaran para petani ini hanya mendapat keuntungan sangat tipis. Bahkan, mereka sering menjual kopi lebih rendah dari harga produksi mereka. Itu artinya, bisa jadi profesi petani kopi akan ditinggalkan banyak orang jika untuk sekadar untung saja, mereka hanya dapat tipis.
Sedangkan kopi sendiri punya banyak sekali penikmat di dunia, bahkan kini menjadi minuman nomor dua paling digandrungi setelah air mineral. Terbayangkan jika besarnya kebutuhan akan mampet jika ditinggal para petani kopi.
Tantangan produksi kopi tidak berhenti di situ. Faktor kedua yakni, dari 124 spesies kopi yang ada di dunia, ternyata cuma arabika dan robusta saja yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi. Data menunjukkan, 99 persen kopi yang diproduksi dan dikonsumsi cuma dua jenis itu, lalu 122 spesies lainnya bagaimana?
Itu artinya keragaman genetik kopi sangat rendah untuk tanaman yang begitu penting. Padahal, dengan keragaman gen dalam populasi kopi, bisa meningkatkan kemungkinan adaptasi terhadap perubahan iklim dan tekanan penyakit. Dan jika hanya dua spesies saja yang diproduksi, tentu bakal lebih renran terhadap perubahan iklim dan penyakit.
Kebun Kopi dan Perubahan Iklim
Kebun kopi umumnya berada di ketinggian ideal, curah hujan memadai, suhu sedang, dan naungan yang memadai.
Namun karena kepekaannya, pohon kopi akan sangat terpengaruh oleh perubahan iklim. Knowlton turut menyebut, dalam 25 tahun ke depan, iklim yang cocok untuk kebun kopi diprediksi akan berkurang setengahnya.
Ini diperkuat dengan penelitian yang mengatakan, perubahan iklim akan menghapus lebih dari 50 persen lahan kopi pada 2050. Ini karena kopi telah diproduksi secara lebih intensif selama beberapa dekade, naungan telah dihilangkan, dan penggunaan pupuk serta pestisida sintetis yang berlebihan telah menjadi hal biasa bagi petani.
Padahal, ini telah menurunkan modal ekologis yang sebelumnya sangat kaya dari sistem ini dan hanya akan makin memperburuk perubahan iklim ke depan.
Faktor berikutnya selain perubahan iklim, adalah penyakit. Yap, ada beberapa penyakit yang kerap mengancam produksi kopi. Yang paling mendesak saat ini adalah karat daun kopi (CLR), jamur patogen yang bisa menginfeksi daun kopi.
Pada dasarnya penyakit ini mematikan. Dan jika dibiarkan, maka karat daun dapat memusnahkan seluruh lahan pertanian.
Sebagai contoh, pada tahun 2012 lalu, karat daun menyebar di Amerika Latin dan mencapai proporsi pandemi. Kejadian ini menyebabkan kerugian panen dan kerusakan pohon sekitar US$1 miliar.
Baca Juga: 5 Ukuran Gilingan Kopi atau Grind Size dan Beragam Metode Seduhnya
Dengan mata pencaharian dan seluruh ekonomi yang dipertaruhkan, pemerintah dan organisasi yang seirisan dengan kopi lalu dengan cepat menyebarkan fungisida dan menghilangkan pohon yang terinfeksi, menyelamatkan banyak pertanian dan mengurangi penyebarannya. Peristiwa ini lantas memberi dorongan besar agar ada pengembangan lebih lanjut supaya varietas kopi lebih tahan pada penyakit karat daun.
Begitu juga pada 2017 lalu, di mana Honduras telah secara agresif mengadopsi varietas pohon kopi tahan karat. Salah satu varietas tersebut, Lempira, kemudian menyumbang 42 persen dari semua pohon kopi di negaranya. Terlepas dari upaya tersebut, wabah karat daun telah melanda negara itu dan menginfeksi varietas Lempira dengan sangat parah.
Beberapa upaya sedang dilakukan untuk membiakkan kopi untuk meningkatkan ketahanannya terhadap penyakit, namun pembiakan kopi adalah proses yang sangat lambat, dapat memakan waktu hingga 15 tahun.
Sementara saat ini, ada 40 jenis penyakit karat daun yang diketahui, dan kemungkinan lebih banyak lagi. Di mana mereka memiliki kemampuan untuk bermutasi.
Dari sejumlah masalah di atas, sudah terlihat bagaimana ancaman serius sebenarnya memang tengah menghantui produksi kopi. Mulai dari petani, sampai pada ancaman penyakit dan perubahan iklim.
Sebenarnya kiamat itu bisa dicegah dari para penikmat kopi itu sendiri. Sejauh mana mereka sadar untuk melakukan yang terbaik agar keberlangsungan ekosistem kopi ini terus bertahan sampai bumi ini kiamat. Secangkir kopi masa depan Anda tergantung padanya.
Share